03 Mei, 2010

Duta-duta Kasih Allah

Minggu, 18 April 2010 adalah hari yang istimewa bagi kami, pengurus, anggota dan staf pendamping PMK 3. Setelah satu setengah bulan mempersiapkan segala sesuatunya, tibalah hari dimana kami akan mengunjungi sebuah Pusat Rehabilitasi Adelphos (PRA) di daerah Cihanjuang.

Kedatangan kami disambut dengan hangat oleh pengurus PRA dan beberapa konseli. Tanpa menunggu lebih lama lagi ibadah minggu segera dimulai. Siang itu teman-teman PRA dan PMK 3 bersama-sama menyanyi, memuji Tuhan dan mendengarkan firman yang dibawakan oleh Mas Heru. Setelah mendengarkan firman Tuhan, baik teman-teman PRA dan PMK 3 digabung kedalam kelompok kecil untuk saling mengenal lebih jauh, membagikan pergumulan dan saling menguatkan dalam kartu ucapan dan doa. Pada sesi ini, ada begitu banyak cerita tentang pergumulan masing-masing teman PRA.

Pak Jacky adalah seorang supir truk yang membawa barang dagangan dari Jakarta ke Surabaya. Dahulu beliau adalah seorang yang sangat temperamen hingga seringkali di memukul istri dan anak-anaknya. Karena sifat temperamen itulah Pak Jacky akhirnya dibawa ke PRA dan menerima konseling disana. Saat ini kondisi Pak Jacky sudah lebih baik karena beliau sudah lebih bisa mengontrol emosinya. Namun hari demi hari hasrat untuk bertemu keluarga semakin besar. Di akhir sharing singkat kami dengan Pak Jacky, beliau meminta kami untuk turut mendoakan kedua ponakannya supaya kedua ponakannya menjalani hidup yang lebih baik lagi dan tidak jatuh dalam kesalahan yang sama dengan apa yang Pak Jacky lakukan dulu.

Lain Pak Jacky, lain juga dengan Pak Budi. Tanpa keraguan sedikit pun, Pak Budi menunjukkan kepada kami foto keluarga yang disimpan dalam dompetnya. Beliau dengan jujur mengutarakan kerinduannya untuk dikunjungi oleh keluarganya, sehingga kami pun menyatakan keinginan beliau dalam doa bersama. Adapun Bu Lyan yang sulit menerima kematian kedua orang tuanya, Ci Sherly yang terbelit masalah keuangan dan masih banyak pergumulan teman-teman PRA lainnya yang kami kemudian kami serahkan bersama-sama ke dalam tangan Tuhan.

Begitu banyak cerita teman-teman PRA yang semakin membuka mata kami bahwa kekecewaan adalah lereng berbahaya dan licin. Pertama kita kecewa karena sesama kita, kemudian meningkat menjadi kesinisan. Dalam waktu singkat, kita tidak percaya kepada siapa pun, bahkan kepada Allah*

Apa yang kami lihat bukanlah pemandangan yang kami lihat sehari-hari. Kesaksian teman-teman PRA mengingatkan kami untuk selalu berharap hanya kepada Tuhan. Kami tidak bisa memberikan solusi untuk setiap pergumulan teman-teman PRA. Kami hanya bisa mengingatkan mereka bahwa seperti bapa dalam kisah ‘Anak Bungsu’ akan berlari ke ujung jalan dan merangkul anaknya -yang telah ‘mati’ namun hidup kembali-, begitu pun reaksi Allah saat kita memberanikan diri melangkah paling tidak sampai ke ujung jalan. Keberadaan kami disana hanyalah salah satu usaha untuk memberitahukan kepada teman-teman PRA bahwa Sang Bapa sedang menunggu mereka kembali kedalam pelukanNya.

Setelah ibadah minggu dan sharing, kami makan bersama, bermain dan berbincang-bincang santai hingga tiba saatnya kami pulang. Secara simbolik bingkisan diberikan kepada Pdt. Yori selaku pimpinan harian kemudian kami foto bersama.

Selamat tinggal teman-teman PRA, doa kami menyertai kalian.

“Saat yang lainnya begitu mudah sirna, Kasih masih ada dalam dunia”


*Charles Swindol. “Seorang Berintegritas dan Pengampun : Yusuf”.

note. kontribusi artikel INFO Perkantas Jabar

2 komentar:

  1. waw. keren cuy!
    apa karena gw baru pertama kali baca tulisan "rapi" lw yak? =D


    melihat pergumulan orang2 di tempat rehabilitasi seperti ini, seharusnya membuat kita sadar bahwa pergumulan kita seringkali tidak ada apa2nya, namun justru seringkali kita "merengek" seolah-olah kita yang orang yang paling susah sedunia...

    BalasHapus
  2. hahaha...tulisan 'rapi' ya vic :D

    iya, dengan berkunjung ke adelphos, gue makin sadar kalo jauh dari Tuhan, kita gak ada apa2nya.
    doain mereka juga ya vic :)

    BalasHapus