05 November, 2010

Cerita Cinta

ada satu kalimat menarik dari wall FB salah satu temen gue yang dipublikasikan oleh salah satu temennya. hehee..ribet yak :D

"Pulang demi cinta"

Jadi ceritanya temen gue, Mr. Nuclear, alumni UGM, dateng ke Bandung karna jadi salah satu pemakalah di seminar yang termasuk dalam rangkaian acara 60 tahun Teknik Fisika Indonesia di ITB. Dua hari satu malam di Bandung kemudian pulang ke Jogja. Pagi ini dia sampe di Jogja dan disambut oleh letusan Merapi (untuk kesekian kalinya). Makanya salah satu temen Mr. Nuclear nulis di FB yang kurang lebih isinya "Ngapain lu balik, mending disono (Bandung.red). Pulang demi cinta ya?"

Hmm..anggep aja omongan temen Mr. Nuclear bener. berarti kepulangannya ke Jogja adalah bentuk pengorbanannya akan cinta. Ini terlepas dari kosannya emang disono dan kudu pulang ke Jogja, kecuali tega (baca : berani.red) biarin dosennya pulang sendirian.

"Apakah cinta selalu membutuhkan pengorbanan?"

"Mungkin gak ada cinta tanpa pengorbanan?"

Cerita cinta yang paling fantastis adalah kematian Yesus di kayu salib. Dia rela mati (kemudian bangkit) untuk menebus dosa manusia. Matinya juga bukan minum racun ato ber-sleeping beauty ria (tanpa bermaksud menyinggung Shakespeare ato Basile) tapi dengan menanggung derita fisik, moral dan keterpisahan dengan Bapa yang amat berat.

Katakanlah manusia tidak mungkin melakukan hal serupa (dan memang tidak mungkin), lalu pengorbanan sebesar apakah yang dapat diberikan manusia?

Hari ini gue 'diberkati' dengan cerita tentang cinta (lagi).
Walaupun muka gue gak ada tampang2 'penasihat cinta', tapi gue bersyukur untuk temen2 yang berbagi tentang cerita cinta mereka sama gue. Ketimbang punya tampang 'penasihat cinta' sepertinya gue lebih punya tampang 'tempat sampah' yang bisa dicurhatin apa aja. hehe.. gue anggap itu sebagai bentuk kepercayaan (deh). Terima kasih teman2 :)

Dari beberapa cerita (tanpa memasukkan latar belakang pendidikan, keluarga, usia, berat dan tinggi badan) gue menyimpulkan bahwa orang mudah tertarik karena hal2 dibawah ini:
1. cakep
2. baik
3. ramah
4. feminim/gentle
5. membutuhkan kita

Gue, secara pribadi, mempertimbangkan hal2 lain daripada 5 poin diatas. Ditambah dengan kenyataan bahwa gue 'susah suka sama orang'. Kalo kata sepupu gue yang plekmatik, tengil dan baik hati sih gue perfeksionis. hahaa... gue anggap itu juga sebagai bentuk penghargaan.

Menggabungkan cerita2 orang dan posisi gue secara pribadi maka gue sampe pada kesimpulan

"Suka* itu mudah. Mulai hubungan** itu sulit"

*suka ato jatuh cinta. gue gak gitu ngerti artinya.
**hubungan yang serius

Kalo kita balik lagi keatas, maka masuk diakal kalo 'suka ato jatuh cinta' itu mudah sedangkan 'memulai hubungan itu sulit'. karna saat kita 'suka' adalah saat dimana kita belum ngorbanin apa2. saat kita mulai hubungan yang serius adalah saat yang sulit karna kita kudu mikirin banyak hal selain 5 poin diatas yang gue nemu dari cerita bbrp orang. hingga pada akhirnya hubungan serius itu dimulai, disitulah saat dimana kita mulai benar2 mengorbankan sesuatu.

Seperti Yesus yang memberi teladan akan pengorbanan karena cinta, hendaklah kita mencintai orang lain dengan tulus dan saat kita dituntut untuk mengorbankan sesuatu demi cinta, maka berikanlah juga dengan tulus hati.

Oya, kalo ada yang mikir Yesus itu kurang kerjaan, dateng2, disalib, gak ada juntrungannya, Anda salah. Karna Yesus gak dalam tahap 'suka sama manusia'. Dia udah punya relasi yang amat kuat sama manusia, karna Dialah Sang Pencipta. Dia dateng untuk nyelamatin ciptaanNya dari kebinasaan.

Jadi kalo saat ini ada yang 'baru' dikasih bunga, kasih puisi, kasih rekening bank ato kunci mobil (rekening ma kuncinya aja :P), jangan kleper2 dulu, Ada yang udah ngasih kita nyawa, jangan keburu silau sama materi.

"Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan bagimu"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar