16 Maret, 2010

Just a thought in a middle of the night

Kompas hari ini memuat berita tentang daftar 1000 orang terkaya di dunia dan menspot 7 diantaranya adalah warga negara Indonesia. Beberapa nama yang muncul adalah kakak beradik pemilik perusahan rokok Djarum, pemilik Wilmar Internasional, pemilik Rajawali Group dan beberapa orang lagi. Berikut gue copy beberapa komen menarik yang ditulis pembaca dibawah artikel tersebut
“kenapa orang kaya indonesia pilih tinggal di luar negeri dari pada tinggal di indonesia. karena hukum indonesia cacat , pemerasan dan tidak ada kenyamanan tinggal di indonesia. jgn salahin org kaya tapi salahin pemerintah indonesia yg tidak bisa lindungin org kaya Indonesia”
“Just to let you know guys, none of the Indonesian Billioners spend their money in Indonesia. They hold Indonesian passports and earn their money in Indonesia but they live and spent their money somewhere else. Why Singapore?”
“Daripada datang tanpa sehelai benang, hidup tanpa selembar uang dan mati ga bawa apa-apa, kalo gitu kita hidup buat apa dong? muncul doang di dunia terus mati tanpa pencapaian?”
“yg komen jelek2 pada sirik tuh! dasar pemalas makanya berusaha jgn sirikin orang aja!”
“komentarnya aneh2, mereka kaya itu atas usaha sendiri, bukan dari jimat atau maling..dan rata2 mereka pengusaha tulen bukan pejabat negara..jangan menghakimi orang dulu, cari tau dulu gimana usaha mereka jaman dulu sebelum mereka kaya, biar kita bisa belajar..skrg di indonesia lagi jamannya nuduh, menghina, menghujat orang lain, tanpa melihat sisi yang lebih baiknya..emang udah jaman edan”

Tertarik untuk ikut ngasih komen? Hal itu bisa aja kalian lakukan dengan membuka website kompas. Well, gue tertarik dengan komen ‘harta gak dibawa mati’. Banyak banget orang suka ngomong kayak gitu. Correct me if I’m wrong, kebanyakan omongan seperti itu keluar bukan dari lingkaran dalam pengusaha-pengusaha yang gue sebutin diatas atau pengusaha dengan kelas beberapa tingkat dibawahnya. Kebanyakan omongan seperti itu keluar dari mulut ‘orang biasa’; dimana gue mendefinisikan ‘orang biasa’ itu sebagai orang dengan tingkat ekonomi menengah kebawah (Puji Tuhan gue termasuk dalam golongan ‘orang biasa’ yang gue definisiin barusan ). Gue kemudian mencoba berpikir alasan mengapa orang suka ngeluarin omongan seperti itu (because me, privately, never said something like that) kecuali mereka ngutip what Bible says (or other holy books) said bout that. Beberapa alasan yang terpikirkan oleh gue adalah ‘orang-orang itu belum ngerasain aja enaknya punya harta kekayaan sebanyak pengusaha-pengusaha yang gue sebut diatas’ (walaupun gue pun belum :D) ato ‘orang-orang ini iri aja kali ya’ mungkin juga karena orang-orang itu sudah menemukan the meaning of life. Kita bahas golongan ketiga ini selanjutnya. Gue lebih tertarik menyoroti golongan satu dan dua.
Kalo emang menurut mereka harta tuh gak perlu punya banyak-banyak karena toh gak akan dibawa mati, kenapa orang berusaha keras lulus dengan IP setinggi-tingginya supaya bisa masuk ke perusahan gede dengan gaji yang gede pula (ngutip omongan Mas Gun dari Perkantas Solo, kalo orang yang ‘jualan’ tubuh dibilang pelacur, kalo orang ‘jualan’ ilmu bilangnya apa? Professional? Be aware with motivation), kenapa orang yang udah punya gaji gede masih korupsi, kenapa ada yang sirik kalo temennya dapet promosi, naik pangkat ato dapet bonus, kenapa keluarga harus berantemin harta warisan dan diikuti oleh ‘kenapa-kenapa’ lainnya. Hmm..skali lagi, corret me if I’m wrong, gue sampe pada kesimpulan, most of them whose talk that way were just envy for what others gained. They are simply don’t understand the meaning of their life. Well, gue mungkin gak pernah ngomong hal-hal seperti itu, but frankly gue pernah mikirin sesuatu yang gak jauh beda dengan hal itu. Dengan sekilas teringat akan janji-janji Tuhan tentang wealthiness dan temen-temennya secara gak sadar gue berpikir bahwa okelah skarang gue harus hemat jadi anak kuliahan tapi nanti kalo gue dah kerja, punya gaji sendiri blablabla…gue gak perlu hemat-hemat kayak skarang lagi, bukan dalam artian foya-foya tapi lebih gak perlu menahan diri toh gue punya penghasilan sendiri yang bisa gue pake buat apapun yang gue mau. Mungkin bukan untuk hal-hal yang ekstrim seperti ngabisin duit buat beli rokok, narkotika dan temen-temennya (amit-amit jabang bayi!) tapi lebih kepada beli tas yang modelnya sama tapi warnanya beda, beli sepatu yang modelnya sama-sama flat shoes tapi yang ini depannya ada pitanya soalnya gue punyanya yang depannya bunga (the more I write the examples, the more I realize, dude! Gue masih punya ‘insting’ cewek juga ya :P). Something grey! Not a though black. Sesuatu yang kalo kita gak aware, then we’ll easily slipped down. Sesuatu yang dibikin jadi lagu sama Counting Crows dengan judul Slow Fade. Dengan pemikiran seperti itu, ternyata gue gak beda sama orang-orang yang gue bahas diatas. Kabar gembiranya adalah, gue minta ampun sama Tuhan untuk motivasi dan pemikiran yang melenceng seperti itu then go back to the right path which is encourage me to write this article. Kuncinya adalah jaga motivasi. Jangan sampe kita melakukan segala hal dengan motivasi yang salah. Mau bantu korban bencana alam yang seluruh dunia pasti setuju itu perbuatan baik akan jadi salah kalo ternyata motivasi kita adalah ketenaran, biar dikira peduli sesama, dll.
Jadi, kalo omongan dan pemikiran seperti diatas adalah salah, trus yang benernya gimana? Gue nulis kayak gini bukannya menutup mata tentang kesulitan ekonomi, penurunan daya beli masyarakat, kebutuhan hidup, kenaikan BBM yang memaksa orang untuk cari lebih dan lebih lagi kalo gak mau mati konyol dijaman skarang ini, tapi bagaimana kita menyikapi hidup ini. Kembali lagi ke golongan yang gue pending untuk dibahas diatas. Golongan yang udah ngerti tentang arti hidup mereka. Sebagai pertanyaan pembuka, “Apa arti hidup buat lu?” (What do you live your life for?). Kalo emang harta gak dibawa mati, trus apa yang lu cari di dunia ini? Selama ini hidup selalu tentang kita. Tentang kita dapet nilai bagus di skolahan, tentang kita berbuat baik supaya dapet pahala, tentang kita masuk universitas negeri favorit, tentang kita dapet kerjaan di perusahan asing, tentang kita nikah dengan orang baik-baik, punya anak, cucu dan meninggal dengan tenang (intermezzo : kata orang, kalo matinya tenang, tandanya orang baik-baik, kalo matinya jelek, kayaknya banyak dosa). Life isn’t about get glory, make money and die.
Kalo bener hidup kayak gitu, maka hidup akan menjadi sangat frustrating, bisa jadi gampang ditebak, monoton, dan sejumlah kata sifat lainnya yang akan menambah tingkat bunuh diri karna hasil akhirnya dah ketauan banget. Puji Tuhan gue sadar dan gue mau orang lain yang belum sadar jadi ikutan sadar bahwa hidup gak sepicik itu. Kita diciptakan dengan satu tujuan yang mulia oleh Bapa di Surga. Kita hidup untuk memuliakan Sang Pencipta. Emang gak gampang seperti gue ngetik, tapi dengan cara seperti itu, hidup jadi lebih berwarna, bergelombang, hidup menjadi hidup. We’ve got to honor Him in our relationships, in a classroom, respect authority, etc –Grant Taylor. Gue tertarik dengan bagian ‘respect authority’. Mau dikata seberapa ‘bobrok’nya pemerintah kita sekarang, gue yakin mereka berusaha lakukan yang terbaik. Dari dulu gue berpendapat bahwa kalangan intelektual, dalam hal ini universitas dan civitas akademika punya peran penting dalam hal kemajuan teknologi bangsa, sumbangsih pemikiran tentang politik, ekonomi, kesehatan, dll dalam suatu Negara sampe fungsi intellectual control dalam suatu Negara (suatu ayat entah di Amsal berapa bilang, makin banyak penasihat, makin baik untuk sang raja dalam buat keputusan). Kalo kemaren-kemaren yang gue liat adalah pemerintah yang kurang ngasih perhatian dan porsi peran untuk kalangan intelektual, Mulai dari proses verifikasi yang entah kayak apa tapi pastinya melahirkan beberapa caleg dan pejabat pemerintah dengan ijazah palsu, kurang penghargaan terhadap prestasi akademik anak bangsa, kasus penanggapan menteri kesehatan Siti Fadilah Supari tentang penemuan bakteri berbahaya (enterobacter sakazakii) pada susu formula 4 tahun silam yang menurut gue secara pribadi, gak wise sama skali bahkan cenderung gak intelek. Tapi skarang malah gantian mahasiswa yang dalam aksi protesnya mengundang kontroversi. Gue percaya tadinya organisasi seperti ini punya tujuan yang baik, cuman sepertinya perlu hikmat yang lebih untuk bertindak secara tepat. Faktor respect authority ini penting mengingatkan kita untuk hormat sama yang punya kuasa; dalam hal ini pemerintah. Rules the nation gak segampang main facebook. Yesus aja ngajarin kita untuk menghormati pemerintah yang berkuasa salah satunya dengan urusan bayar pajak. Kembali lagi tentang hidup, yang penting dari segala sesuatu adalah usaha kita. Kalo menang, puji Tuhan, kalo kalah puji Tuhan. Jadi, buat yang lagi ngejer cewek dan akhirnya ntu cewek jadian sama temen lu, tetep kudu puji Tuhan. Karna lu mungkin gak tau kalo (misalnya ternyata) cewek itu temperamen, gak punya naluri keibuan dan gak bisa bahkan gak mau belajar masak. Tetep puji Tuhan kalo ntar hasil UTSnya gak sesuai dengan harapan karna dengan gitu, kita jadi lebih though dan ngandelin Tuhan dalam tiap usaha kita (Virgin : amiiiiinnnn –paling kenceng :D).
Satu hal yang selalu gue inget kalo lagi ngadepin hal-hal yang eerrgghh…kayaknya berat banget adalah ucapan Brooke Taylor (Facing The Giant) saat hasil tes kehamilannya negatif untuk yang keempat kalinya dalam empat Tahun. Dengan perasaan yang (gue yakin) campur aduk, dia nangis dan berdoa trus ngomong “I WILL STILL LOVE YOU, LORD”. Gue yakin dia udah beribu-ribu kali berlutut dan berdoa minta sama Tuhan. Bahkan rangkaian adegan dia jalanin tes, sampe hasilnya keluar dan dikasih tau ke dia gak ada dialog sama skali. Cuma gestures and backsound. Pertanyaan pertengahan, “Apakah kita akan tetap mencintai Tuhan saat segala sesuatu gak berjalan sesuai yang kita inginkan dan yang kita rencanakan?”. Saat Brooke Taylor (lagi-lagi) dah aminin bahwa dia akan tetep mengasihi Tuhan walaupun Tuhan gak menjawab doanya untuk dapat anak, apa yang Tuhan lakukan, Dia menjawab doa Brooke Taylor. Ternyata hasil tesnya ketuker dan Brooke Taylor positif hamil. (Big apology buat yang tertarik nonton, gue gak ngespoiler, lucky you the whole movie wasn’t just bout that). Well, what do you see? It’s not God plays tricks on her. Tuhan lagi mau liat seberapa Brooke Taylor beriman padaNya. Bukan pada berkat-berkatNya semata tapi bener-bener mencintai Tuhan dengan segenap hatinya, segenap kekuatannya dan segenap akal budinya. Baru kemudian kutipan kalimat “Saat kita mengangkat tangan maka Tuhan akan turun tangan untuk kita” berlaku. Karena gak ada yang gak mungkin saat kita percaya padaNya.
Gue nulis panjang, lebar dan (bertele-tele?) bukan karena gue adalah orang yang paling bener, paling suci dan udah ngelakuin semua hal baik yang gue bahas diatas. Tapi gue rindu ngingetin orang-orang lain yang mungkin berpikir seperti contoh-contoh keliru diatas, bahwa Tuhan itu baik. 365 kali dalam Alkitab tertulis ‘Jangan takut…’ (correct me if I’m wrong) untuk menguatkan kita. Karna Tuhan tau betapa rapuhnya kita dan Ia senantiasa menguatkan kita untuk gak takut sama apapun juga dalam hidup selama kita berpegang pada firmanNya. Karena Allah adalah menara dan kota perlindungan kita, kepada siapakah kita harus takut?
Dalam tulisan gue ini mungkin terkesan (terlalu?) religious buat beberapa orang hingga orang-orang skeptis ato (sok) skeptis, (sok) atheis, (sok) over kritis mungkin akan ngomong ‘religion works for some people, but certainly not for me’. Well, let me tell you fella, christianity is not about religion. It’s about your relation with The Creator. Following Jesus is a decision. May you have a good one. God bless us 

8 komentar:

  1. oke, bersiaplah untuk komentar gw.

    pertama, gw sangat menyarankan lw untuk meluangkan sedikit waktu untuk melakukan pem-format-an (entah apa istilah yang benar ><), demi mengurangi penderitaan pembaca...xP


    kedua, gw suka konklusinya: relasi dengan Pencipta. orang tidak akan frustasi mengejar harta dan hidup untuk harta, atau meminjam istilah lw, get glory, make money and die, kalau mereka menemukan bahwa relasi mereka--ga usah dengan Yesus dulu--dengan keluarga, sahabat, pasangan, dst jauh lebih berharga dari hal materiil: uang, IP, kerjaan, kuasa, prestise. apalagi kalau Tuhan menjadi SATU-SATUNYA pemuas hidup mereka (ini seharusnya yang kita kejar).


    sebenarnya mencari uang sebanyak-banyaknya tidak salah pada dirinya sendiri. asalkan motivasi dan caranya benar, dan hati kita tidak di situ--artinya kalaupun kita jatuh miskin, kita tidak goncang.


    ketiga, mengenai panggilan hidup (topik hot mahasiswa Kristen tingkat 3 ke atas, terutama calon peserta kemnas),
    gw menemukan poin yang bagus dan penting di tulisan lw.

    kalangan intelektual, dalam hal ini universitas dan civitas akademika punya peran penting dalam hal kemajuan teknologi bangsa, sumbangsih pemikiran tentang politik, ekonomi, kesehatan, dll dalam suatu Negara sampe fungsi intellectual control dalam suatu Negara

    dalam buku "Karier: Panggilan atau Pilihan" terbitan PPA (gw sangat merekomendasikan buku ini bwt lw, karena pergumulannya lengkap, dari historis sampai teologis, dan berpusat pada praktika. apalagi lw mahasiswi TI. di bagian akhir, di bahas desain manajemen kerja modern, dari scientific managementnya Taylor, teori X Y nya McGregor, sampai Drucker), salah satu poinnya adalah bahwa pekerjaan kita haruslah berdampak konstruktif bagi masyarakat. kita butuh masyarakat, sebagaimana masyarakat butuh kita. bahkan poin ini analogis dengan gereja yang adalah 'tubuh Kristus'.

    jadi aplikasi praktisnya: kalau lw masuk daftar orang terkaya di dunia, pakai uang lw untuk masyarakat. dan pertanyaan gw sama seperti salah satu pertanyaan di komen artikel yang lw kopi, "Why Singapore?" =D

    BalasHapus
  2. ahahaha...kalo soal tampilan, itu disebabkan gue ngopi dari ms. word trus udah nyoba diedit2 dikit, tapi setelah publish gak gue cek lagi. gitu deh jadinya. hehe..maap ya.

    iya, orang2 disekitar kita sangat berharga. kadang kalo lagi mikirin tentang orang yang ninggalin kita (baca : mati) gue makin sadar kalo kita sama skali gak punya kuasa atas nyawa kita sendiri. jadi gue mencoba appreciate orang2 disekitar gue dengan lebih baik dan dengan Tuhan tentunya.
    anyway, istilah 'make money, get glory and die' bukan istilah gue. itu gue kutip dari film :P

    well, itu yang ada di kepala gue. tapi kadang gue ragu untuk terjun di bidang pemerintahan. hmm..
    ntar deh gue cari bukunya. tapi kudu balikin buku perpus CP14 yang belum gue balikin dari tahun lalu dulu. ehehe..

    at last, why singapore?
    perhaps, because they've just opened the new Universal Studio at Sentosa.
    that's the best answer i could give :P

    makasih ya vic dan baca dan ngomen.

    BalasHapus
  3. haha. Universal Studio y...=D

    gw sih berpendapat ga harus terjun di bidang pemerintahan untuk bisa bersumbangsih. asal apa yang lu lakuin berdampak konstruktif bagi orang lain. =)
    banyak kok pihak swasta yang bergerak memajukan negara.

    kecuali lw emang ada minat ke bidang pemerintahan. emg iya?

    BalasHapus
  4. kadang gue ngerasa gue hidup di dunia gue sendiri. pernah waktu gue lagi jamannya sibuk dengan praktikum PLO (konon ini praktikum tersibuk dalam sejarah anak TI) gue sama skali gak tau kalo Don Moen dateng ke jakarta. taunya dari foto2 sepupu gue yang datang ke konsernya. padahal biasanya gue akan dapet info entah dari mana ttg hal itu. saat itu gue merasa, idup gue kok serasa gak di indonesia, tapi di TI. heheh..

    tapi selain masa2 itu, gue suka ikutin berita (politik misalnya) dari koran dan melatih diri gue untuk punya pendapat sendiri terhadap kasus2 itu walaupun gue gak punya pemahaman komprehensif mengenai hukum, politik, dll, intinya gue cuma melatih diri gue untuk punya pendapat dan gak masa bodoh. at least, itu jadi salah satu bentuk kepedulian gue sama bangsa ini.

    kemaren gue iseng ke gramedia dan iseng beli buku tentang perjalanan hidup Munir (waktu itu gak ada angin, gak ada hujan, gue juga belinya senyum2 sendiri, kurang kerjaan banget). disitu banyak memperlihatkan alasan mengapa seorang Munir begitu semangat dan berani memperjuangkan korban dan keluarga korban pelanggaran HAM secara konsisten. dia terus melakukan hal itu bahkan disaat2 yang paling riskan dalam atmosfir perpolitikan negeri ini.

    ada 2 buah statement yang menarik, berkaitan dengan pertanyaan lu. salah satu datang dari mantan tahanan politik Budiman Sudjatmiko. intinya dia bilang, jangan terus bermimpi sistem pemerintahan berubah menjadi lebih baik dengan sekejap. bermimpi bahwa akan ada orang hebat yang masuk ke dalam sistem itu dan segala sesuatu menjadi lebih baik. kenapa gak lu yang terjun dan membuat perubahan.
    menanggapi statement BS, ada yang ngomong, alaahh...satu orang gak akan berarti apa2.
    tapi BS menampik dan dia bilang, walaupun kecil tapi perubahan tetep ada. perubahan bisa terjadi, cuma saja gak bisa sendirian dan gak bisa bentar. kerjaan satu generasi adalah kerjaan banyak orang.

    tapi di lain pihak, ada juga yang ngomong, lu gak akan bisa mengubah sistem dari dalam.
    mungkin dia berpikir bahwa saat lu bergaul dengan orang kulit hitam maka lu akan ikutan nyanyi R&B padahal tadinya lu mau ngajarin mereka nyanyi bergenre keroncong. hehe..gitu kali ya (contoh yang diberikan penulis murni sebagai analogi tanpa adanya isu rasial) hehe..

    well, soal terjun dan gak terjun, minat gak minat, gue gak tau. pastinya gue mo belajar untuk peduli dengan negeri gue dengan apa yang gue punya. coz people tend to give no intention to everything that has happened in our country. gue pikir sih emang ada benernya, males banget kan liat berita2 di koran. entah mana yang bener, kapan beresnya, kapan majunya, dll.

    yang pasti, gue salut dengan orang2 seperti Munir. orang yang tau panggilan hidup dia apa. dari awal dia tau, konsekuensi terbesarnya adalah nyawanya sendiri. yaa..ini sih baru liat dari satu buku, tapi tau apa yang dia yakini, itu menarik. bahkan mungkin tanpa disadari, dia menghidupi value of christianity better than some of the christians.

    BalasHapus
  5. menurut gw, kalimat "satu orang gak akan berarti apa-apa" itu bukannya tidak ada alasannya. tidak mudah melawan arus besar sendirian. perubahan yang dilakukan sendirian tidak akan besar. "terang dunia" tidak dipanggil untuk hanya menerangi kampung. sudah seharusnya kita berpikir dan memikirkan strategi untuk menjalarkan semaksimal mungkin (termasuk secara kuantitas) nilai-nilai yang kita pegang.

    maka, komunitas itu penting, kalau tidak mau dibilang mutlak. (dan menurut Mas Lukas, ini salah satu tujuan diadakannya kemnas--membentuk komunitas yang punya satu visi yang dapat berpotensi untuk bergerak bersinergis (ini bukan tujuan resmi dari panitia).


    selain itu, ada hal yang menarik dan cukup membuat gw tersentak:
    melatih diri untuk punya pendapat. gw akui, ketika berusaha untuk peduli, gw belum sampai pada tahap ini. padahal ini penting! sebab berpendapat akan membuat kita semakin berusaha untuk mengerti dan berpikir. (iya gak?)
    makasi ya. poin yang bagus!

    BalasHapus
  6. yup! setuju..
    ngomongin camp, jadi ngebayangin, gmn ya ntar KNM?
    selain kapsel, dkk, sehari pasti punya kenalan baru. bener2 memaksa kinerja otak dalam mencerna materi dan mengingat nama2 orang yang baru dikenal. belum lagi take home worknya yang gue yakin, tetep berupa pergumulan. hehehe..

    kabarin ya kalo dah ada kabar dari osaka. i pray for you, mate.

    BalasHapus
  7. astaga, terjadi lagi -.-;
    gue dah post waktu itu, baru sadar skarang kalo gagal T.T

    iya, gue setuju. pembinaan, komunitas, dll yang kita dapet skarang adalah 'bekal' untuk kedepan.

    ngomong2 soal camp, jadi ngebayangin KNM. dengan materi yang begitu padet, orang yang banyak, pasti memaksa otak gue untuk mencerna isi materi dan mengingat orang2 yang pasti tiap hari nambah kenalan baru. seninya camp. hehe.. dan pastinya, pulang dan kembali bergumul. hehe..

    BalasHapus
  8. iya. hampir sminggu tuh kampnya. kenyang, kenyang dah tuh.

    selain mengingat, berbagi pergumulan keknya juga penting. supaya kita bisa punya wawasan yang diperluas bagaimana orang-orang dari luar kota menggumulkan panggilannya.. penting juga tuh untuk bangun komunitas...

    BalasHapus