24 April, 2010

Indonesia Poor Tourism

Setelah ngikutin persekutuan PMK Open House, gue ditemani Ms. Arch ke Boromeus buat ngambil obat yang belum sempet gue ambil kemaren. Farmasi yang di lantai 2 Gedung Carolus udah tutup, yang di gedung Maria juga, akhirnya ke farmasi yang di UGD. ehh..obatnya habis. yaaa...sedih deh T.T

singkat cerita, gue dan Ms. Arch sedang berjalan menyusuri Jl. Ganeca dengan satu tujuan mulia. jalan kaki dari Dago sampe Gandok dengan rute Universitas Negeri Bandung versi film layar lebar 'Jomblo' dilanjutkan dengan menyusuri turunan dan tanjakan Saraga dan Sabuga hingga akhirnya tiba di Gandok.
yang tadinya gue mo coba cek obatnya di apotik di daerah Siliwangi, eh..apotiknya tutup, gagal lagi deh. terima gak terima gue kembali menyesap kekecewaan. hahaha...apa sih bek?!

hmm..bentar, keasikan ngoceh ngalor ngidul, gue jadi lupa mo ngetik apa.
oh iya! setelah baca judul yang puji Tuhan dah gue tulis duluan, gue inget apa yang mo gue omongin.

well, hari ini Ms. Arch habis survey ke daerah pemukiman kumuh di tepi sungai cikapundung buat bahan tugas pemukiman blablabla..gue lupa judul tepatnya apa, to be short, dia anak arsitektur.

awalnya dia ngebahas ttg IMB yang dikeluarkan pemerintah kota Bandung untuk warga yang mau membangun rumahnya di pinggir sungai cikapundung. benar2 dipinggir, mepet abis. kalo gak percaya, coba deh liat foto ini. kebetulan gue juga pernah ke daerah itu dan moto sebuah pemandangan yang sangat kontras.




kata Ms. Arch, sebenernya udah ada dalam peraturan tata kota (kalo gue gak salah inget) bahwa IMB akan dikeluarkan kalo paling gak (dalam konteks ini) bangunan yang akan didirikan berjarak 8m dari pinggir sungai (ini baru salah satu syarat lho ya). hal ini gue logikakan sebagai tindakan preventif terjadinya longsor, dll.
tapi kenyataannya? teteup weh IMBnya dikeluarin. bukannya mo negatipan, tapi otak gue yang kecil ini cuma nemu satu alasan kenapa IMBnya tetep dikeluarin walaupun lokasinya gak memadai untuk membangun sebuah rumah tinggal yaitu supaya tiap tahun, pemerintah kota dapat pemasukan PBB.
(asa risih nyak ngomongin pajak hari gini. hehehe..)
ternyata lagi, kata Ms. Arch, warga setempat itu membudidayakan ikan mas di sungai Cikapundung untuk diperdagangkan dan untuk konsumsi sendiri. kalo mata kita gak jelih, mungkin kita bisa liat air sungai yang coklat dan pipa2 pembuangan limbah rumah tangga straight to the river. hmmph..gak kebayang deh.

nahh..setelah ngobrol2 agak lama mengenai penanggulangan daerah pemukiman kumuh, rumah susun, IMB dkk, sampailah gue dan Ms. Arch pada satu tema baru : Indonesia Poor Tourism.
ini info yang gue dapet juga dari Ms. Arch bahwa tahun 2008 silam ada seseorang yang menggagas bisnis wisata yang menyediakan paket untuk mengunjungi tempat-tempat miskin dan kumuh di daerah Jakarta.
gue kaget dan langsung berpikir "gile..kemisikinan dijadiin objek bisnis. creative i pressumed yet ironic" tapi ada sedikit perasaan "masa sih segitunya. pasti adalah tujuan lain yang gak kepikiran sama otak gue yang kecil ini tentang kegiatan tsb. must be any other explanation"
akhirnya pas sampe kos, gue googling ttg kegiatan itu.
well, inilah beberapa fakta dikombinasikan dengan beberapa opini pribadi gue ttg kegiatan tersebut.

1. Penggagas bisnis itu bernama Ronny Poluan. jebolan IKJ, fokus di bidang sutradara dan teater.
2. Kegiatan ini udah ada sejak tahun januari 2008
3. Tarif tur untuk 4-5 jam berkisar antara 500rb - 1.5jt rupiah
4. Awalnya dia (baca : Ronny Poluan) dapet ide ini setelah nemenin bule Perancis; Herve Dangla, jalan2 dan moto2 di di daerah Pasar Ikan dan menuruti keinginan si bule untuk moto 'sesuatu yang bergerak' sehingga mereka tiba di salah satu lokasi pemukiman kumuh; Luar Batang, dan gak cuma moto tapi juga berinteraksi langsung dengan warga disana.
5. Menurut Ronny Poluan, gak ada salahnya untuk memperlihatkan kemisikinan negri ini kepada wisatawan asing. mereka (baca : para wisatawan) merasa senang melihat realita ini dan banyak dari mereka yang tergerak hati untuk secara spontan memberikan bantuan on the spot ataupun yang dikirim melalui Ronny Poluan setelah tur untuk para warga yang telah mereka kunjungi.
6. Kegiatan ini diprotes oleh Menteri Pariwisata; Jero Wacik yang menganggap kegiatan ini adalah bentuk penghinaan terhadap bangsa Indonesia. "Kemiskinan itu harus dientaskan dan itu merupakan tanggung jawab kita semua", tutur Jero Wacik.
7. Sumber lain yang gue dapet malah memberikan komen sinis terhadap statement pak menteri "Wisata miskin membuat pak menteri terhina, lantas apa mobil dinas mewah crown itu tidak kurang menghina nya?"

kesan awal yang gue tunjukkan sewaktu pertama kali mendengar berita itu dari Ms. Arch sempet membuat gue gusar. "canggih bener, skarang kemiskinan pun dijadiin objek untuk dikomersilkan"
namun setelah membaca statement pak menteri, gue jadi mikir "kalo cuma ngomong doang mah, banyak yang bisa" kok rasa2nya, tindakan penggagas wisata miskin terliat lebih nyata (dengan asumsi satu2nya motivasi adalah untuk kemanusiaan tanpa mempertimbangkan hal2 lainnya) daripada cuma ngomong doang.
pertanyaannya adalah "apakah cara ini tepat untuk mengangkat nilai-nilai kemanusiaan"
silahkan teman2 berargumen dengan diri sendiri ato dengan orang2 terdekat (maksudnya, yang skarang berada paling deket, biar bisa langsung diobrolin :P) bagaimana seharusnya kita menyikapi kemiskinan yang ada di Indonesia saat ini.

1 komentar:

  1. pembiaran terhadap kemiskinan sama dengan perbudakan dan korupsi adalah kejahatan terhadap kemanusiaan, gagasan ini dapat ditinjau sebagai membongkar aib demi taraf hidup dan harkat kemanusiaan. saya sungguh mengecam pejabat, politisi, bahkan elesem yang sungguh tak jeli menanggapi tinjauan saya ini bagi kemanusiaan

    BalasHapus