24 April, 2010

Sore itu di lobby RS. Boromeus

tadinya gue lagi nulis ttg Adelphos, pusat rehabilitasi yang dikunjungin bareng temen-temen PMK 18 April yang lalu. tapi kejadian 3 hari ini agak menggelitik. banyak banget pemikiran yang lalu lalang di kepala gue, lalu lintas mereka di kepala gue lebih heboh daripada lalu lintas tugas Psikologi Industri gue buat minggu depan. hehehe..

jadi begini..

sepertinya gue dah cerita kalo 2 hari yang lalu gue ke RS. Boromeus, gak jadi ketemu dokter, malah periksa laporan praktikum di lobby RS.
sore itu, dengan santainya (baca : tidak tahu malunya dan anehnya) gue duduk di lobby dan mulai meriksa laporan sambil dengerin radio dari earphone hp yang lagi ngomongin ttg konsultasi finansial.
karna bosen, gue nyalain music playernya, masih pake earphone tentunya (kalo gue gak mau 'dibacok' sama satpamnya dan diusir dengan tidak hormat karna menciptakan keributan yang gak penting di lobby RS :D).
alunan piano yang ngenakin dan menenangkan terdengar di hp gue, halah..mulai deh sok puitis. intinya, lagu yang gue denger itu bikin gue berhenti konsentrasi sama laporan di pangkuan gue.
judul lagi itu "Lebih Dari Nafasku".
liriknya bakal gue tulis lengkap dengan apa yang terlintas di kepala gue saat itu.

intro

(kepala gue mendongak ke atas -FYI, lobbynya didesain dengan atap yang tinggi- dengan mata yang menerawang -hahah..geleuh gak sih :) ngebayangin akan orang2 sakit yang lagi terkapar gak berdaya di tempat tidur di RS. Boromeus. mungkin mereka akan berpikir seperti ini....

Bapa, pegang tanganku

"Ya Tuhan...sakit nih...tolong dong, pang sembuhkeun"
wuih..kalo orang2 lagi sakit, pasti pengen deket2 sama Tuhan deh (hehe..ini opini pribadi yang didasarkan pada pengalaman pribadi juga :P)

Aku rindu saat teduh bersamaMu

"Tuhan..selama ini aku kayaknya ngelupain Kamu. maaf ya Tuhan. skarang, aku rindu akan firmanMu"
orang sakit biasanya gak bisa ngapa2in selain tiduran dan disuapin makan, sukur2 ada yang ngejenguk, jadi waktu buat Tuhan pasti bisa lebih banyak (coba bandingin kalo lagi sehat walafiat :D) maunya juga baca Alkitab, doa, doa lagi dan doa lagi

Dekap aku dalam hangat naunganMu

"Tuhan..aku capek, aku sakit, dekaplah aku Tuhan"
karna merasa payah dan mulai yakin bahwa Yesus adalah satu2nya harapan, maka satu2nya cara adalah mendekatkan diri kepadaNya
dalam keadaan tak berdaya, pasti sudut pandangnya berubah. lebih ilahi..ya gak sih? :P

Bawa hidupku padaMu, masuk dalam altarMu yang Kudus

hmm..pada tahap ini, penyerahan diri yang lebih total mulai dilakukan. sebagian mungkin sukses sampai pada statement "sembuh gak sembuh, yang penting aku makin dekat denganMu ya Tuhan" dan sebagian lagi mandek di "Tuhan...sembuhin aku dong..titik"

Lebih dari nafasku, Bapa

"Tuhan..kalo Kau emang berniat 'manggil' aku sekarang, aku rela. karena..."
well, somebody is talking about something which greater than his/her life

Kuperlukan kasihMu, Bapa

"...yang kubutuhkan adalah kasihMu melebihi apapun di dunia ini, termasuk nyawaku"
wow..this is the 'something'. God's love..more than life. somebody has just realize that having the love of God, the blessing from Him is more important than his/her life.

Berjalan disamping Bapa, seumur hidupku

"Tuhan, kayaknya selama ini aku idup seenak aku aja, mulai skarang, aku mau turut pada kehendakMu dalam hidupku, seumur hidupku ya Tuhan"
somebody is making a commitment..

Lebih dari nafasku, Bapa

"Bener2 Tuhan...hidup dan mati kuserahkan kedalam tanganMu"
makin diulang, makin mantep..

Kuperlukan kasihMu, Bapa

"Lord, i realize that there's nothing in this world i wanted the most than your love and grace"
kali ini makin mantep, kalo ternyata gak ada yang bisa diandelin selain Tuhan. karna segala sesuatu adalah sia2 dibawah kolong langit ini

Peganglah tanganku ya Bapa, untuk selamanya

Disinilah turning point nya, saat seseorang menyerahkan diri seutuhnya kepada Sang Pencipta yang punya otoritas akan segala ciptaanNya. gak ada lagi aku, tapi Dia saja.

gue berpikir demikian sambil dengerin lagu itu bukan dalam rangka menghakimi orang lain. tapi lebih kepada introspeksi diri. berusaha untuk terus ngingetin diri sendiri bahwa pemegang otoritas tertinggi adalah Sang Pencipta. bukan gue, dengkul gue ato jidat gue.
ilustrasi diatas bisa aja terjadi karna kadang kita terlena saat keadaan berada dalam level 'nyaman' dan baru sadar setelah mengalami hal2 yang gak ngenakin, seperti sakit, patah hati, dll.

ini ada kaitannya dengan pengalaman gue ngunjungin pusat rehabilitasi Adelphos di Cihanjuang 18 April yang lalu (tulisannya masih dalam bentuk draft :D). disana gue melihat jiwa2 yang ngambang, gak ada pegangan karna kekecewaan, diperlakukan dengan tidak pantas, penolakan, patah hati dan berbagai alasan lainnya.
Charles Swindoll dalam bukunya (Yusuf -seri tokoh terbesar) menulis "Penyebab kekecewaan adalah meletakkan seluruh harapan dan kepercayaan kepada manusia. Menempatkan orang lain sebagai tumpuan, memusatkan perhatian pada mereka, mencari keamanan dalam mereka. dalam keadaan yang terkurung secara horisontal seperti itu, orang itu menggantikan tempat Allah, bahkan menjadi Allah"
Swindoll kemudian melanjutkan "sikap iman yang benar adalah meletakkan seluruh ahrapan dan kepercayaan kepada Tuhan yang hidup".
Yup! His loves never fail"

Sakit, patah hati, jiwa yang remuk kadang dipakai Tuhan untuk mengajar kita untuk lebih lagi berharap padaNya. karna memang kepada Dialah harapan kita gantungkan.
percaya ato gak, waktu gue duduk di bangku kelas 2 SMP, gue pernah ngomong gini "aku gak masalah kalo Tuhan mau nguji aku dengan pergumulan2, karna setelah aku bisa melewatinya bersama Tuhan, itu berarti imanku naik satu tingkat"
Dengan analogi naik kelas, bebek kecil ini menggambarkan harapan seorang anak kecil akan penyertaan dan maksud Tuhan dalam setiap pergumulannya.

Mengapa harus lewat penderitaan? Emang gak ada cara lain ya buat nginsafin kita?
A. W. Tozer dalam bukunya The Root Of The Righteous mengatakan "Adalah meragukan apakah Allah dapat memberkati seseorang dengan melimpah sebelum Ia telah meremukkannya dengan parah"
Mungkin masih ada yang kurang setuju. "iyaa..gue ngerti, trus kenapa harus dengan penderitaan? emang gak bisa ya 'ngomong baik2'. kan gue juga gak bebel2 amat"
beberapa orang mungkin akan berargumen seperti itu, tapi coba liat beberapa contoh kisah tokoh2 dalam Alkitab. Sebut saja Yusuf..Ayub.. apa yang mereka alami? bagaimana respon mereka?
lagipula, kenapa harus takut dengan penderitaan kalo kita yakin kita punya Allah yang hebat yang memampukan kita melewati segala hal di dunia ini.
Filipi 4 : 13 berkata "segala sesuatu dapat kutanggung didalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku"
Temen gue sendiri dengan gamblang bilang "gue kadang gak bisa 'ditegor' baik2 sama Tuhan. kalo gak 'digaplak' mungkin gak akan sadar"
Gitulah manusia. seringkali bebel. dalam kejujurannya Rasul Thomas pun pernah menyatakan 'kekeraskepalaannya' lewat ketidakpercayaannya atas kebangkitan Yesus. apalagi manusia modern. jiaahh...boro2...

balik lagi soal penderitaan..
mungkin saat ini Tuhan mengijinkan hal yang tidak mengenakkan terjadi dalam hidup kita. sakit..patah hati..kekecewaan..penolakan....
ngutip kata2 eyang Nietzsche, rasa2nya "Tuhan sudah mati"
tapi apakah emang benar seperti itu?
coba renungkan lagi, kalo Tuhan sudah mati, trus untuk apa kita masih hidup?
pasti pada tau kalo sebelum fajar menyingsing, langit akan menjadi sangat gelap. tapi kalo kemaren2 matahari masih mau setia nongol keesokan harinya, apa alasan kita untuk gak punya harapan yang sama untuk esok hari?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar